Ketinggian
3.428 meter (- kaki)
Daftar
Ribu
Lokasi
Lokasi Banyumas dan Pemalang, Jawa Tengah Indonesia
Koordinat
7°14′30″LS,109°12′30″BT
Gunung Slamet itulah biasa masyarakat menyebutnya. Kenapa sebuah gunung
yang gagah itu disebut Slamet? Belum ada asal usul mengenai nama
tersebut. Tetapi gunung yang gagah itu telah banyak memberi penghidupan
bagi penghuninya dan masyarakat sekitar Gunung Slamet.
Gunung Slamet (3.428 mdpl) adlah gunung berapi aktif yang terletak di
pulau Jawa, tepatnya di Provinsi Jawa Tengah. Gunung ini berada di
perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal dan
Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan yang tertinggi
di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa setelah Gunung
Semeru. Terdapat empat kawah di puncaknya yang semuanya aktif. Gunung
Slamet merupakan salah satu gunung yang menjadi tujuan ekspedisi para
pendaki, baik dari wilayah setempat maupun wilayah lainnya. Gunung ini
mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan
Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Jalur pendakian Gunung Slamet tidak Cuma satu, tetapi yang biasa di
lewati adalah julur bambangan, desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja
Purbalingga. Ada juga jalur yang bisa mengasah adrenalin kita yaitu
jalur Baturraden, Purwokerto. Tetapi jalur ini biasa dilalui oleh
pendaki yang suka dengan kegiatan ekstrem.
Mendaki gunung memang mengasikkan, apalagi bisa sampai hal yang dituju
biasa disebut puncak. Seorang pendaki dapat sampai puncak memilki
kepuasan tersendiri. Tetapi sebenarnya hal yang lebih mengasikkan adalah
perjalanan kita saat mendaki gunung. Memang jarang orang sadar bahwa
hal yang menyenangkan adalah saat perjalanan. Di dalam perjalanan banyak
sekali rintangan untuk menuju tujuan pendakiaan yaitu puncak. Hal
itulah yang kami rasakan saat mendaki dan menuruni Gunung Slamet.
Perjalanan kami dimulai hari Jum’at tanggal 30 Desember 2011. Aku
bersama dua temanku yaitu Udin dan satunya lagi Laela, dia adalah
satu-satunya cewek dalam perjalanan kali ini. Pendakian ini sudah lama
kami rencanakan sekalian untuk merayakan pergantian tahun dan njuga
memperingati hari ultahnya Laela yaitu bertepatan tanggal 1 Januari.
Rencana ini banyak yang mau ikut, tetapi hanya kami yang
melaksanakannya. Sebelum berangkat, seperti biasa kami kumpul dirumah
kecil kami base camp KAMAPALA. Dirumah inilah kami mempersiapkan segala
sesuatunya dalam perjalanan.
Sambutan alam yang mengasikkan telah dimulai. Tangisan bidadari dari
surge telah menyambut perjalanan kami. Hamper saja kami dikalahkan oleh
hujan. Melihat persiapan yang cukup matang kami tetap melanjutkan
perjalanan. Kami keluar dari base camp sekitar jam 16.00 WIB (Waktu
Insya Allah Berubah) he….he…. 4 jam di sepanjang perjalanan kami
bermandi air hujan. Jam 22.00an waktu setempat kami tiba di kota
Pemalang, dinner di Alun-alun Pemalang sekaligus istirahat sejenak.
Setelah dirasa istirahat cukup kami lanjut perjalanan.
Dari kota Pemalang kami melaju motor kami menuju Randudongkal,
disepanjang perjalanan jalanan sunyi. Setelahh melewati Randudongkal
tujuan selanjutnya adalah Moga. Dari Moga ke Bambangan ini jalanan lebih
sunyi senyap lagi karena disini sudah mulai mendekati lereng gunung
Slamet. Ini pertama kali kami mendaki gunung Slamet jadi kami belum tau
pasti jalanan menuju bambangan, kami percayakan kepada Allah. Waktu
hamper mendekati tengah malam, berkat Allah kami diberi kesempatan untuk
melanjutkan perjalanan yaitu dengan keluarnya bapak dari rumah untuk
meronda, sehingga kami bisa bertanya mengenai jalan menuju ke Bambangan.
Desa
terakhir telah terlihat, kamipun merasa senang karena kami bisa juga
sampai di Bambangan. Ternyata bukan kami saja yang ingin mendaki gunung
Slamet. Basnyak juga teman-teman yang akan mendaki, mereka kebanyakan
dari Jakarta, Bekasi, Orang Sunda, Yogjakarta dan lain-lain daerah, yang
terpenting adalah bahwa waktu itu ramai banyak orang.
Perjalanan pendakian pagi setelah semalam beristirahat sejenak untuk
mengisi tenaga. Perjalanan tanpa ada kendala apapun hanya rintikan hujan
saat kami beristirahat dipos 1. Hujan yang tak deras tapi yang juga
kunjung reda. Dari pos 1 sampai pos 5, perjalanan hanya bias melihat
rimbunnya hutan. Rintik-rintik air membasahi daun-daun menambah
keindahan bagi perjalanan kami. Jalan setapak tak lagi Nampak sebagai
jalan yang layak untuk dilewati hanya lumpur yang tersisa. Semua itu tak
menyurutkan langkah kami, malah membuat kami lebih semangat. Angin
dingin menerobos melewati sela-sela jas hujan yang kami pakai. Dingin
sudah mulai terasa. Sampai di pos 5 kami tentukan untuk beristirahat
semalam disitu, kemudian melanjutkan perjalanan kepuncak keesokan
harinya.
Pagi telah tiba begitu cepatnya. Perjalanan dilanjutkan. Dari pos 5
sampai pos 7 suasana hamper seperti perjalanan dari pos 1 sampai pos 5,
tetapi hutan dari pos 5 ke pos 7 kelebatannya berkurang karena vegetasi
mendekati batasnya. Batas vegetasi adlah pos 8. Dari pos 8 hanya ada
batu kerikil yang beranekaragam bentuk dan ukuran. Bebatuan disini labil
sehingga sedikit hati-hati dalam berjalan.
Puas melihat puncak saatnya untuk perjalanan turun. Perjalanan turun
tak jauh beda, hujan yang siap menemani langkah kaki inci demi inci.
Traqk ada sisa yang kami tinggalkan hanya jejak yang lambat laun tersapu
oleh air hujan dan kenangan yang tersimpan dalam lukisan foto dan
goresan kenangan dalam otak.
Slamet gunung yang mengasikan dan penuh akan misteri dan kenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar